Hati - hati Gunakan Hatimu


Hati-hati Gunakan Hatimu

 Amsal 4 : 23
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”


Sudah sejak pagi, Pak Koko mondar-mandir di depan rumahnya. Kopi hangat dan pisang goreng buatan istrinya belum juga disantap. Ia kelihatan sangat gelisah. Bu Koko heran melihat tingkah laku Pak Koko.
“Ada apa sih Pak? Kok dari tadi mondar-mandir?” Tanya Bu Koko heran
“ Aku bingung bu, kenapa aku merasa bosan dengan keadaan kita sekarang.” Jawab Pak Koko
“ Bosan??” bu Koko semakin heran dengan jawaban Pak Koko. Kehidupan keluarga Pak Koko selalu membuat iri semua tetangga. Pak Koko punya rumah bagus, bersih, punya istri cantik dan baik hati, punya peternakan kuda, kambing bebek, ayam. Semua tetangga menginginkan kehidupan senyaman Pak Koko. “Memangnya apa yang kurang dari kehidupan kita Pak?” tanya bu Koko.
“ Entahlah bu, aku juga tidak tahu. Ku dengar di atas bukit ada seorang pertapa yang dapat memberi nasihat bijak untuk orang yang membutuhkan jalan keluar dari masalahnya.” Jawab Pak koko.
“ Jadi Bapak akan ke bukit itu?” tanya bu Koko lagi
“ Ya. Besok bapak akan ke sana untuk meminta nasihat kepada pertapa itu.”
Esoknya, Pak Koko berangkat dengan membawa bekal yang sudah disiapkan oleh bu Koko. Pak koko mendaki dengan penuh semangat, sesekali ia berhenti untuk makan dan minum bekalnya. Hingga sampailah ia di depan sebuah gubuk yang seperti diceritakan orang-orang.
“ Pasti ini rumah pertapa itu.” Bisik Pak Koko dalam hati. Ia mulai mengetuk pintu gubuk  Tok….tok….tok….. Dari balik pintu gubuk, muncul seorang laki-laki tua. “ Wah….mungkin ini si pertapa.” Kata Pak Koko lagi.
“ Maaf, anda yang mengetuk pintu? “ tanya si pertapa.
“ Iya betul saya. Nama saya Koko.” Pak Koko memperkenalkan diri
“ Oh…ada apa Pak Koko?” tanya pertapa itu lagi
“ Apakah Bapak ini pertapa yang sering diceritakan orang?” Pak Koko balik bertanya
“ Saya memang bertapa di sini. Tapi saya tidak tahu apakah ada orang yang bercerita tentang saya.” Jawab Pertapa.
“ Kalau begitu, tolonglah saya Pak Pertapa. Saya membutuhkan nasihat dari Pak Pertapa.” Sahut Pak Koko. Pertapa mempersilakan Pak Koko masuk ke dalam rumahnya. Dan Pak Koko mulai menceritakan apa yang ia rasakan. Sang pertapa mengangguk-angguk mendengar cerita Pak Koko.
“ Jadi bagaimana Pak Pertapa? Apa yang harus saya lakukan?” tanya Pak Koko kemudian.
“ Baiklah Pak Koko, ternak apa yang anda miliki?” tanya balik sang Pertapa.
“ Saya punya ayam, bebek, kambing, dan kuda.” Jawab Pak Koko yakin
“ Nah, sekarang Pak Koko pulanglah, lalu pindahkan ayam-ayam pak Koko ke dalam rumah.” Perintah sang Pertapa.
“ Hanya itu?” tanya pak Koko kurang yakin. Namun sang Pertapa mengangguk-anggukkan kepalanya dengan yakin. Maka Pak Koko segera melakukan apa yang diperintahkan sang Pertapa sesampainya di rumah. Bu Koko sebenarnya tidak setuju dengan tindakan Pak Koko, namun ia hanya diam saja. Mungkin ada pelajaran penting yang harus diterima Pak Koko dari sang Pertapa.
Ayam-ayam itu berlarian ke sana kemari mengotori perabot-perabot rumah. Pak Koko jadi bingung , mengapa saran pertapa bijak itu tidak membantunya. Maka Pak Koko memutuskan untuk kembali menemuai sang Pertapa.
“ Mengapa saya belum merasa nyaman di rumah setelah ayam-ayam saya masukkan ke rumah?” Tanyanya saat bertemu sang pertapa.
“ Apakah anda masih punya ternak yang lain?” tanya sang pertapa kemudian
“ Masih, saya masih punya bebek, kambing dan kuda.”
“ Kalau begitu, sekarang pulanglah, masukkan bebek-bebek Pak Koko ke dalam rumah!” jawab sang pertapa. Bergegas pak Koko pulang dan melakukan petunjuk pertapa. Tapi lagi-lagi bukan ketenangan dan kenyamanan yang dirasakan Pak Koko. Malahan rumah semakin kacau. Bebek-bebek itu berenang di bak mandi.
Esok harinya, Pak Koko berangkat lagi ke rumah pertapa, mungkin masih ada yang kurang dari saran pertapa.
“ Ada apa lagi Pak Koko?” tanya pertapa dengan tenang
“ Mengapa rumah saya semakin kacau Pak Pertapa?”
“ Oh benarkah? Ternak apa lagi yang Pak Koko miliki?” tanya pertapa lagi
“ Masih ada 5 ekor kambing dan 3 ekor kuda.” Jawabnya
“ Kalau begitu pulanglah dan masukkan kambing-kambing Pak Koko ke dalam rumah.” Jawab pertapa
“ Baiklah, saya harap kali ini saya benar-benar mendapat kenyamanan.” Lalu Pak Koko melakukan juga apa yang diperintahkan Pertapa. Bu Koko di rumah semakin heran. Rumah semakin berantakan, kotoran hewan di mana-mana. Pak Koko pun semakin pusing, bukan kenyamanan yang didapatnya tapi kekacauan di rumahnya.
Ia kembali ke rumah Pertapa bijaksana itu dengan mata merah karena tidak dapat tidur. “ Pak Pertapa…..mengapa semakin hari hidup saya semakin kacau?”
Dengan tersenyum pertapa bijak itu menyarankan supaya Pak Koko memasukkan ternaknya yang terakhir ke dalam rumah.  Dan Pak Koko melakukan perintah itu. Bu Koko berteriak-teriak di dalam rumah, sebab semua perabot pecah dan berantakan di tendang kuda-kuda Pak Koko.
“Baiklah bu, ini terakhir kali aku ke rumah pertapa itu. Sekarang ternakku sudah di dalam rumah semua. Jadi apa yang akan diperintahkan oleh pertapa itu?” Kata Pak Koko kepada istrinya.
“ Saya sudah tidak punya ternak lagi Pak Pertapa, semua ternak saya sudah di dalam rumah. Sekarang apa lagi yang harus saya lakukan?” tanya Pak Koko sesampainya di rumah pertapa. Sang pertapa dengan tenang menepuk pundak pak Koko.
“ Apa yang sekarang anda rasakan Pak?” tanya sang Pertapa
“ Saya merasa hidup saya kacau, tidak nyaman.” Jawab Pak Koko
“ Baiklah kalau begitu, sekarang pulanglah, kembalikan semua ternak ke kandangnya, lalu bersihkan rumah dan duduklah bersama istri Pak Koko sambil minum teh. “ Kata pertapa dengan tersenyum. “Saya yakin Pak Koko akan mendapatkan kenyamanan, kedamaian, dan kebahagiaan yang Bapak inginkan.”
Pak Kokopun pulang dan melakukan semua yang dikatakan sang Pertapa. Dan benar, Pak Koko merasakan hidup bahagia yang diinginkannya sekarang.

Pelajaran:
Rumah bukanlah tempat untuk memelihara hewan. Karena itu ketika Pak Koko memasukkan ternaknya ke dalam rumah semua menjadi kacau, berantakan. Rumah Pak Koko ibarat hati kita, seringkali kita menyimpan segala sesuatu yang tidak seharusnya berada dalam hati kita. Kebencian, iri hati, keinginan untuk menang sendiri, dendam, kebohongan, rencana jahat adalah contoh dari sesuatu yang seharusnya tidak kita simpan di dalam hati. Kalau kita menyimpan dan memeliharanya di dalam hati kita, pasti kekacauan yang terjadi dalam hidup kita.
Tuhan ingin kita menyimpan sukacita, dan kasih sayang di dalam hati kita, sehingga hati kita terasa nyaman dan tenang.

bdhstt/111011/RA

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer